Keluarga Hari Ini

Keluarga Hari Ini

Daftar Isi
Katanya, hari ini tanggal 29 Juli diperingati sebagai hari keluarga nasional. Tiap tahun hanya jadi seremoni 1 hari semata. Syukur-syukur kalau masuk berita. Yang saya liat, tidak ada perubahan apa-apa di masyarakat, atau mungkin saya tidak sadari karena saya sendiri belum berkeluarga.


Ini ada tulisan saya pinjam dan kutip dari salah satu grup Facebook. Semoga pemiliknya tidak keberatan tulisannya saya tampilkan disini.

KELUARGA PADA ERA KONTEMPORER, MASIHKAH EKSIS?

Sebagian kalangan berpendapat bahwa agama dan moral bagi anak tidak perlu diajarkan di sekolah, cukup di rumah. Pendidikan agama dan moral, dengan kata lain, adalah tanggung jawab keluarga. Akan tetapi, pada era sekarang ini, apakah keluarga masih eksis?

Pertanyaan di atas penting dikemukakan mengingat perubahan mendasar dalam tata dan praktik masyarakat kontemporer. Meskipun secara fisik masih ada, tetapi hubungan antar individu dalam keluarga sudah berubah sedemikian rupa. Ini khususnya terjadi di kota-kota besar di mana kapitalisme modern dan liberalisme kultural telah bergerak jauh hingga ke jantung masyarakat kontemporer itu sendiri, yaitu keluarga. Perempuan tidak melulu tinggal di rumah mengurus anak sebagaimana terjadi dalam keluarga tradisional, sementara pada sisi lain teknologi informasi (internet) telah mendelegitimasi otoritas konsep orang tua secara signifikan karena sekarang anak bisa memperoleh pnegetahuan dari segala penjuru dunia dengan cepat dan mudah. Dalam situasi ini, masihkah bisa diterima pendapat yang mengatakan bahwa pendidikan agama dan moral adalah urusan keluarga?

Anehnya, ilmu-ilmu sosial dan filsafat telihat terlambat menanggapi perubahan ini. Hingga sekarang keluarga adalah isu pinggiran. Para ilmuwan lebih sibuk membincangkan negara, masyarakat, dan pasar. Kaum liberal mengatakan keluarga sebagai benteng terakhir tradisionalisme yang cenderung konservatif. Kau Marrxis menuduh keluarga sebagai lembaga pewarisan kultur borjuis. Kaum feminis melihat keluarga sebagai bentuk dari patriarkhisme. Oleh karena itu, jangan salahkan kenyataan bahwa justru kaum agamawanlah yang cukup perhatian terhadap persoalan ini.
Open Comment
Close Comment

Post a Comment