Surat Terbuka Kepada Penonton TV Malam Ini

Surat Terbuka Kepada Penonton TV Malam Ini

Daftar Isi
Banyak hal-hal tidak subtansial di dunia ini, misalnya seperti mengkritik jalannya sidang yang dirasa lama. Buset, itu nyawa orang bos. Begitulah pengadilan berjalan. Putusan harus rasional. Kalau mau yang cepat, noh taruh saja terdakwanya di kumpulan massa tanpa otak di jalan. Biar dibakar, biar jadi abu, biar setelah itu kita semua ramai-ramai tonton video amatirnya di Facebook. Setelah itu kita akan lupakan bahwa itu yang direkam manusia. Punya nyawa, punya keluarga, punya orang yang tangisi kematiannya.

Memang kalau lihat orang yang diabeli tersangka atau kita sebut saja orang jahat, reaksi kita geram-geram gemas begitu. Padahal pelabelan tersebut hanyalah sudut pandang. Coba kalau kamu keluarganya, belum tau rasanya kamu.

Tindakan pelabelan dan main hakim sendiri itu pada dasarnya menyalahi asas praduga tak bersalah. Biar tau, asas praduga tak bersalah itu adalah asas di mana seseorang dianggap tidak bersalah hingga pengadilan menyatakan bersalah (Wikipedia). Nah lho. Memangnya siapa kamu? Sukanya mendahului putusan hakim. Kalau tidak suka hakimnya, memangnya kamu lebih pintar? Kuliahnya saja malas-malasan, cuma modal baca Conan. Cih.

Nikmati saja tontonannya. Atau kalau mau, sambil nonton sambil baca juga bukunya Foucault, Surveiller et punir: Naissance de la prison. Biar bisa tau banyak tentang seluk beluk penghukuman terhadap kejahatan. Siapa tau tambah pusing dan cepat bosan.

Intinya tidak usah menghakimi. Nyawa orang mati memang penting, tapi lebih penting lagi nyawanya orang yang masih hidup. Jangan sampai ada orang dihukum karena faktor suka tidak suka. Zaman barbar sudah lewat.

Sekian dan terimakasih.
Open Comment
Close Comment

Post a Comment