Small Talk

Small Talk

Daftar Isi
Ada hal-hal yang pada dasarnya legal tapi kurang memenuhi standar kelayakan etis untuk dilakukan tanpa melihat situasi dan kondisi. Kita tidak hidup di dunianya Mark Bellison di film The Invention of Lying. Kita tidak selalu merasa nyaman atau normal-normal saja bicara blak-blakan mengenai hal-hal yang sifatnya pribadi, apalagi dengan orang baru yang sama sekali asing.

Walaupun sebenarnya kita semua tahu bahwa sudah menjadi tabiat orang Indonesia untuk menjadi kepo. Semacam perkembangan psikologis bawah sadar dari kehidupan bercocoktanam padi di masa lampau. Kalau tidak percaya, ini sudah ada penelitiannya. Jadi percaya saja. Begitulah konsekuensi logis menjadi bagian dari masyarakat komunal yaitu harus siap selalu berbagi semua hal kepada orang lain, baik penting maupun tidak penting.

Tapi, come on, kita semua bukan geng mading Cinta di AADC dan kita semua tidak merasa perlu punya buku curhat bersama. Jadi, baiknya hal-hal yang pribadi tetap milik pribadi dan hanya bisa diutarakan kecuali dalam situasi dan kondisi yang memerlukan hal tersebut. Disitulah landasan berpikirnya.

Makanya kalau lain kali kamu ketemu orang, apalagi baru kenalan, lebih baik berbasa-basilah dengan menceritakan orang lain (mutual friend kalau dalam bahasa Facebook). Atau bila menurut kamu, yang seorang Ukthi atau Ikhwan, perbuatan itu mengandung unsur ghibah dan itu sama seperti memakan bangkai saudaranya sendiri, maka mungkin bisa coba cari topik yang tidak melibatkan unsur aib manusia di dalamnya, misalnya seperti kondisi cuaca atau olahraga. Itu kan lebih enak, silaturahim terbangun dan jauh dari dosa. Tapi eh kenapa jadi mirip topik percakapan orang Inggris dan Amerika? Jangan-jangan mereka lebih islami dari kamu mereka lebih tahu sopan santun kali ya?
Open Comment
Close Comment

Post a Comment