Pertanyaan Cinta Seorang Hafidzah Muda

Pertanyaan Cinta Seorang Hafidzah Muda

Daftar Isi
 

Kepada Ayahanda,

Pertama mohon maaf apabila saya terlihat lancang untuk menyampaikan pengakuan ini kepada Ayah. Seperti Ayah tahu, saya seorang santriwati di sebuah pesantren. Saya sendiri adalah seorang gadis yang alhamdulillah selalu berkomitmen pada agama dan sejauh ini sudah memiliki hafalan 10 juz Al-Quran.

Namun izinkan saya untuk membuat pengakuan ini: bahwa saya tertarik dan jatuh hati kepada seorang pemuda.

Yang jadi masalah adalah setiap kali saya melihatnya, saya merasakan ketentraman yang luar biasa, sehingga mengganggu agama saya ini. terutama ghaddul bashar (menundukkan pandangan). Dan setelah itu saya menyesal sendiri. Saya sudah berusaha untuk taqarub kepada Allah dengan membaca Al-Quran dan doa agar dia bisa terlepas dari saya. Saya sudah bertekad bulat untuk tidak melihatnya dan berpikir tentangnya. Tapi dengan tidak sengaja dia terlihat oleh saya dan membuat saya berpikir jauh tentang dirinya. 

Apa yang harus saya lakukan, ayahku?


Untuk anakku,

Pertama kali, izinkan ayahmu ini memaparkan sejenak tentang 'cinta' yang banyak disalahartikan orang. Apa yang dimaksud dengan cinta simpati atau belas kasih antara laki-laki dan perempuan dan apa sebab-sebabnya..

Cinta simpati (belas kasih) adalah keadaan yang bersifat alami—manusia tidak tahu-menahu tentang asal-usulnya—yang hinggap pada seseorang melalui pendengaran, penglihatan, atau panca indera lainnya. Berarti, perasaan 'cinta yang ada pada dirimu, seperti yang dikatakan seorang Ulama terkenal, tidak masuk dalam hukum atau larangan-larangan agama, yang biasanya berhubungan dengan perbuatan mukallafin (orang yang terbebani dengan syariat). Begitu pula setiap pikiran intern yang ada pada kita di luar lingkaran taklif. Ia tidak akan dihisab oleh Allah.

Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: "Sesungguhnya Allah memaafkan apa-apa yang terjadi pada hati umatku selama ia tidak melafazkan dan melakukannya."


Jadi anakku, merasakan cenderungan kepada lawan jenis, apalagi kepada seorang pemuda (seperti yang kau rasakan) bukanlah sebuah dosa ataupun maksiat,melainkan perasaan yang alami (fitrah), khususnya pada umur-umur sepertimu. Jika perasaan dan kecenderungan yang dibarengi dengan perbuatan dan tindakan itu masuk dalam lingkaran taklif dan akan dihisab, maka sekadar cenderung saja bukanlah sebuah aib.

Tapi melepaskan pandangan mata sebagai ganti dari menundukkannya misalnya, adalah perbuatan tercela menurut syariat seperti yang kita ketahui. Dan itu merupakan pintu masuk yang akan memperkuat rasa kecenderungan alami (fitri) kepada lawan jenis, apalagi tertarik kepada seorang pemuda.


Anakku... 

Ketika kita berbicara tentang rasa cinta antara laki-laki dan perempuan, maka masalahnya sangat berhubungan dengan rasa was-was dan persepsi-persepsi yang sudah merusak hati dan kehidupan kita, ketika rasa cinta yang mulia itu bergesekan dengan hal-hal yang berbau senda gurau dan kelakar. Sehingga cinta berasosiasi negatif, pengantar segala perbuatan jahat dan kata-kata yang membuat malu orang-orang yang memiliki muru'ah (kepribadian mulia) disebabkan kerusakan yang bukan pada cinta itu sendiri, tapi berasal dari diri kita berupa rumor-rumor, dianggap sebuah seni, moral dan kebiasaan sehari-hari.

Allah menjadikan fitrah rasa cinta dan keinginan pada jiwa manusia, sebenarnya agar menjadi pendorong untuk berbuat baik. Allah menjadikan iman pendamping rasa cinta dalam beberapa ayat Al-Quran. Suatu hari, Rasulullah menemui para sahabatnya dan bertanya: "Apakah iman itu?" Maka para sahabat saling bertanya satu sama lain dan masing-masing mengungkapkannya dengan jawaban tentang rukun Islam dan tiang-tiangnya. Tapi tidak satu pun jawaban mereka yang tepat dengan keinginan beliau. Hingga ada seorang sahabat yang berkata: "Iman itu adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah." Akhirnya Rasul bersabda: "Iman itu, tidak lain adalah rasa cinta dan rasa benci."

ltulah kata-kata yang sudah begitu akrab dengan kehidupan, nyanyian, film-film dan kejadian-kejadian di sekitar kita sehari-hari, tapi jauh dari realita yang sesungguhnya. Mungkin kamu pernah membaca buku Thouqul Hamornah (Kalung Merpati) yang ditulis oleh Ibnu Hazm dan buku-buku yang dikarang oleh Ibnul Qayyim tentang cinta yang mulia dan nikmat Allah yang mahal.


Kita kembali kepada persoalan awal. Jadi,kesimpulannya adalah bahwa rasa tenteram pada seseorang dan jatuh hati lewat penampilannya saja seperti yang kau alami, tidak membuat segalanya sama dan menjadi masalah besar seperti yang kaurasakan. Ketika kau melawan pikiran-pikiran tentang pemuda itu, maka pikiran-pikiran itu akan terus bertambah.

Tapi saya sendiri tidak tahu atas dasar apa kau merasakan cinta itu! Seperti yang saya pahami dari pertanyaanmu bahwa kau sendiri tidak mengetahui kadar yang membuat kau jatuh hati kepadanya—katakanlah jika dia kelak menjadi suami yang cocok buatmu misalnya—lalu kau mencintainya hanya dari wajahnya saja tanpa mengenal yang di balik itu semua!!

Barangkali kalau kau mengetahui di balik itu semua, pikiranmu akan berubah. Setiap orang pasti punya aib dan kekurangannya masing-masing. Tidak ada orang yang sempurna, kecuali dalam mimpi kita.

Anakku,

Kelihatannya terlalu dini kalau yang kau katakan sedang jatuh cinta saat ini. Karena kau sendiri juga tidak mau disebut demikian. Apa yang sedang kaurasakan sekarang seperti kecenderungan, rasa tenteram, memikirkan tentang "dia" dan lainnya adalah masalah yang ringan dan menyiksa namun penuh dengan kenikmatan. Akan tetapi perasaan itu tidak pokok, tidak masuk akal dan tidak realistis. ltu yang disebut dengan khayalan roman, penuh mimpi dan tidak bernoda. Yang penting, semua itu tidak menyibukkan studi dan merusak aktivitas ibadah.

Jika kau bertanya: "Lalu bagaimana akhir dari perasaanku ini?" maka saya juga bertanya demikian: "Apakah masalahnya cukup sampai pada batas perasaan pribadi, pikiran dan khayalan mimpi saja, atau justru malah kau sendiri ingin mewujudkannya dalam praktik?"

Yang pertama memang tidak masalah, membutuhkan banyak masukan dan jalan keluar tersendiri. Seperti yang kaukatakan bahwa tingkat perasaan mau tidak mau harus kita hormati dan kita hargai, maka kami berharap kau bisa menilai ketampanan dan resiko yang tidak enak padanya.

Sedangkan yang kedua —lebih realistis- wahai anakku, hendaknya kau teliti dan mencari tahu tentang dirinya. Sudah jelas bahwa kau masih kurang mengenal dunia laki-laki, dan ini bisa diterima. Bahkan wajar-wajar saja. Terkadang, para gadis biasa menyendiri di rumah dan tidak berbaur dengan laki-laki. Ini suatu hal yang wajar. Karena kau sendiri saat ini berstatus santriwati dan cuma berteman dengan sesama jenis yang seusia. Dan barangkali besok akan lain suasananya, di tempat kerja atau yang lainnya.

Ketidakmengertian seorang gadis tentang laki-laki dan kemudian muncul perasaan-perasaan yang aneh namun tidak logis, auu kasmaran yang tidak berdasar, pada seorang perjaka yang membuatnya kepikiran atau ingin selalu bertemu, adalah hal yang wajar. Apabila kita berbaur, baik secara tuntutan ataupun pilihan, maka pasti kita akan mengetahui bagaimana mengaturnya dan mengatur gerak-gerik kita sendiri.


Anakku,

Tidak baik kalau kau terus-menerus memaksakan diri menyendiri di tengah kerumunan orang banyak. Bahkan, pada saat di luar pesantren ketika ada kegiatan-kegiatan umum yang biasanya menghimpun sejumlah pemuda dan pemudi dalam aktivitas belajar ilmiah yang membuka kesempatan bagimu—dalam batas-batas yang masuk akal—untuk lebih banyak mengenal jenis dan tipe orang. Dan itu akan sangat membantumu dalam menentukan sifat-sifat suami yang seperti apakah yang sesuai dengan keinginanmu.

Hatimu yang lembut, perasaanmu yang sensitif dan akalmu yang luas, tidak cukup hanya dipenuhi dan dipadati dengan kurikulum pesantren yang sederhana atau bahkan dengan iklim ibadah rutinitas. Ingat! Kau sekarang berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan yang membuatmu mampu menguasai wilayah-wilayah yang lebih luas selain aktivitas belajar, ibadah, dan hal lain yang tidak terbatas. Apakah kamu sudah melakukannya?!

Di sisi lain, kamu dihadapkan pada dunia yang sangat luas untuk diketahui dan dicari pengalamannya. Peluang begitu tersedia untuk menggali pengetahuan dan potensi yang kaubutuhkan, baik sebagai seorang istri, ibu, di sekolah, di tempat kerja ataupun di semua aspek kehidupanmu seluruhnya.


Ketahuilah wahai anakku, bahwa sebagian besar kehidupan para gadis, baik yang taat beragama ataupun tidak, sangat berbeda. Barangkali tidak berlebihan andai saya katakan bahwa wanita yang paling baik keadaannya saat ini, mungkin memanfaatkan waktu tidak lebih dari 25%, namun tidak produktif selain sedikit dari prosentase kemampuan dan bakat serta kebolehan yang dimilikinya. Hasilnya, kita pun hanya mempunyai generasi yang ketinggalan dan tidak ada apa-apanya, terlena dengan dunia yang selalu berubah dan kompleks ini.

Kita masih berbicara mengenai waktu luang. Karena ada hubungan yang sangat kuat antara waktu luang dengan perkembangan rasa kecenderungan cinta yang tidak diduga-duga. Sehingga menjadi masalah, kecemasan, dan perhatian anak muda yang paling ngetrend. Kita bisa saksikan banyaknya tempat hura-hura yang digandrungi sekelompok pemuda yang menganggap cinta—seperti yang saya jelaskan—sebagai perbuatan syetan. Ada juga kelompok pemuda yang kerjaannya berbuat kejahatan dan kemaksiatan. lni semua merupakan gambaran umum masa-masa puber (pencarian identitas).

Karenanya, hendaklah kau bersungguh-sungguh dalam belajar dan meningkatkan amal ibadah. Suatu saat pasti akan sangat sulit mencari waktu untuk berbuat demikian. Begitu pula, hendaknya kau juga bisa mengenal 'dunia' laki-laki dalam bingkai yang telah diatur syariat seperti menundukkan pandangan, tidak berkhalwat, bersopan santun, tenang dalam bicara dan seterusnya.


Adapun dengan pemuda yang membuatmu `jatuh hati' mu, lupakanlah! Masih banyak pemuda lain selain dia meskipun kau ngotot ingin memilikinya. Untuk itu pertama kali kau mesti mempelajari keadaannya, mengenal kondisinya—biasanya kaum wanita punya trik-trik tersendiri—tanpa sepengetahuannya. Jika setelah itu kau menemukan sesuatu yang membuat lega dan tenang dengan keadaannya—meski saya yakin dia itu masih sebaya denganmu—maka ada dua jalan bagimu untuk terus mengikat hatinya. 

  • Pertama, kau harus menyerahkannya kepada Allah dengan doa semoga hati laki-laki itu tertuju padamu. Hanya di tangan Allah-lah segala kunci dan rahasia hati manusia. 
  • Kedua, seperti yang dikatakan Syeikh Al-Buthy ketika beliau menjawab pertanyaan seorang gadis yang sedang jatuh cinta kepada seorang pemuda, sampai-sampai gadis itu ingin menikah dengannya. Kata beliau: "Jalan keluar bagi masalah psikologisnya adalah gadis itu harus menyampaikan maksudnya kepada keluarganya atau teman-temannya yang bisa dipercaya. Perasaan-perasaan cinta seperti ini tidaklah tercela dan mengundang masalah, selama prosesnya jauh dari penyimpangan dan tidak melanggar apa yang Allah ridhai."

Beliau juga mengingatkan bahwa dalam proses perkenalan ini, pihak keluarga masing-masing yang bersangkutan juga dilibatkan. Bahkan justru ini lebih diutamakan. Mengapa? Karena proses yang demikian akan lebih menguatkan pengambilan keputusan dan terjalinnya kedekatan kedua calon besan.Atau juga mungkin pemuda yang kausukai itu bisa melihat sosokmu dan kesiapan pihak keluarganya untuk menikahkannya denganmu apabila mereka sudah merasa cocok dengan keduanya. Dan itu boleh-boleh saja.

Inilah komentar Syeikh Dr.Al-Buthy. Nampak sesuai dengan pandangan dan ajaran Islam. Masalahnya, Apa kau sudah mengenal jauh sosok pemuda tersebut sampai pada tahap memproses pernikahan? Apakah kau juga sudah merasa yakin dengan dia?

Hanya ini yang bisa ayahanda jawab dari pertanyaanmu. Yang penting, janganlah kau tergesa-gesa menghadapinya. Ayah juga berdoa, semoga Allah menguatkan hati dan melapangkan dadamu serta menjodohkanmu dengan yang Dia kehendaki. Semoga kau dipilihkan pasangan yang baik.

Open Comment
Close Comment

Post a Comment