Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 15]
Tak mudah menjalani syuting pembuatan iklan di kawasan
Gunung Merbabu. Untuk kali pertama, Ratna dan tim Aksata yang kali ini
jumlahnya lebih dari sepuluh orang harus membawa berbagai peralatan syuting ke
puncak gunung. Seperti layaknya pendaki, ia harus mendaki Merbabu untuk bisa
sampai ke beberapa lokasi pengambilan gambar dan puncak.
“Edan lo, Nyuk! Bikin konsep nggak kira-kira,” komentar Andri
dengan suara terengah saat mereka harus melewati medan terjal dalam sepanjang
perjalanan menuju lokasi syuting.
“Gue juga nggak nyangka bakal seberat ini kali, Nyet!” Ratna
menimpali dengan napas yang juga kembang kempis. Ia merapatkan jaket tebal
double layer milik Galih yang dipinjam sebelumnya. Udara gunung yang menusuk
pada malam hari menjadi tantangan yang harus dihadapi bersama tim Aksata dan
beberapa talent yang memerankan adegan dalam video iklan yang sedang dibuat
ini.
Sebelum syuting dilakukan, tim Aksata dan para talent
menjalani latihan fisik sebulan penuh untuk mempersiapkan ketahanan dan
kemampuan tubuh masing-masing. Karena untuk menyewa helikopter terlalu sulit
dan memakan banyak biaya, jadilah pihak Aksata hanya menyewa lima orang portir
untuk membawa peralatan syuting serta seorang guide yang menjadi arah bagi
perjalanan mereka.
“Tapi, nggak apa-apa, sih, Nyuk. Seru juga kerja sambil naik
gunung begini. Kalau jadi, nanti hasilnya pasti ruarrr biasaaa,” ujar Andri
sembari menyiapkan kamera video yang akan digunakan dalam pengambilan gambar
pertama mereka di tempat ini. Ratna yang mendengarnya langsung menepuk dada.
Selanjutnya, mereka harus berjuang keras untuk bisa
menaklukkan medan berat, udara dingin, dan keletihan fisik untuk diri mereka
sendiri. Juga mengupayakan supaya peralatan syuting yang sudah diminimalkan
jumlahnya tetap aman dalam kondisi suhu yang berada jauh di bawah termonetral.
Beruntung, Aksata berhasil mendapat talent-talent yang kesehariannya memang
dekat dengan alam sehingga dari bibir mereka tak banyak keluar keluhan.
Andri dan tim lighting siap mengambil gambar saat purnama di
langit sana mulai tertutup mendung. Mereka semua berdoa agar hujan tak turun.
Doa mereka terkabul. Adegan demi adegan yang diambil pun berjalan lancar sesuai
skenario, bahkan saat pengambilan gambar di puncak, mereka mendapat golden
sunrise yang sempurna. Itu semua lebih dari cukup untuk gambar yang mereka
ambil sesuai shooting list yang sudah dibuat.
“Pulang dari sini lo pijitin kaki gue, ya, Nyuk?”
“Ogahhh!!! Dengkul gue aja hampir copot, tauk!” timpal Ratna
saat mereka susah payah turun gunung usai menuntaskan kegiatan syuting.
Meski lelah luar biasa, Ratna dan Andri sangat puas dengan
proses produksi kali ini.
Tak hanya menikmati saat produksi iklan setengah miliar ini
dikerjakan, tetapi Ratna juga sangat menikmati proses editing-nya. Baginya,
paket iklan dengan konsep film pendek baru kali ini dipegangnya. Jika selama
ini iklan atau video dokumentasi yang dibuat bisa dikatakan hanya kumpulan dari
serangkaian gambar yang melakukan promosi produk, kali ini proses pembuatannya
banyak melibatkan hati.
“Lo bisa masuk ke skenarionya nggak, sih, Nyet?” tanya Ratna
kepada Andri yang sedang berkutat memotong scene video yang sedang
dirangkainya.
“Jelas, lah. Video ini mampu menjadi pengguyur dahaga bagi
hati gue,” jawab Andri dengan mimik muka serius tanpa berpaling dari monitor di
hadapannya.
Ratna mengernyit. Jarang-jarang Andri berkata serius seperti
ini. Ia memandangi wajah Andri dengan saksama. Menunggu kata “ajaib” lain
keluar dari mulut sahabatnya.
Andri menoleh ke arah Ratna sebentar, lalu kembali berpaling
kepada monitor. “Kan, selama ini hati gue kering oleh sentuhan wanita, Nyuk!” Andri
terkikik.
Tawa Ratna meledak, kemudian menepuk-nepuk bahu Andri. “Yang
sabar, ya, Nyet. Jodoh lo nggak bakalan lari, mungkin lagi dipinjem orang aja.
Entar kalau udah bosen juga dibalikin ke lo. Berdoa aja dia dikembalikan ke lo
sebelum uzur.”
“Kampret lo!”
Ratna buru-buru beranjak sebelum optical mouse di tangan Andri
berganti fungsi untuk menimpuknya.
Ratna dan Andri berjuang keras supaya iklan yang dihasilkan
benar-benar bisa menyampaikan pesan yang ingin diberikan, sekaligus menyentuh
hati audiens. Maka, untuk urusan audio berupa atmosfer sound maupun ilustrasi
musik sebagai pengisi audio, mereka secara khusus meminta jasa seorang arranger
sebuah band di Yogyakarta. Untuk proyek ini mereka memang mengusahakan agar
semuanya total. Sehingga proses editing yang biasanya memakan waktu tak lebih
dari seminggu kini harus dikerjakan selama hampir tiga minggu untuk mendapat
hasil yang benar-benar sempurna.
Saat proses terakhir itu selesai, Ratna dan Andri sangat
bersemangat memperlihatkannya kepada Tommy sebelum diserahkan kepada pihak
klien. Tommy yang biasanya tak ambil pusing dengan bentuk jadi dari berbagai
paket produksi yang mereka tangani, kali ini berhasil dibuat mau melirik hasil
akhirnya.
“Gila! Gila! Iklan ini sukses membuatku malu,” ungkap Tommy
begitu video jadi itu selesai diputar pada sebuah layar monitor berukuran jumbo
di ruang kerjanya.
“Malu?” Ratna kaget mendengar pernyataan itu.
“Iya! Aku malu!”
Ratna dan Andri saling berpandangan. Di dalam dada mereka
menyimpan tarikan napas yang tertahan.
“Malu pada diri sendiri. Kurang bersyukur dan tak begitu
menghargai arti pengorbanan,” sambung Tommy kemudian. Ratna dan Andri melepas
napas panjang secara berbarengan.
“Aku nggak bisa ngomong banyak. Yang jelas, kalian luar biasa! Makasih, tim! Nggak salah aku punya makhluk-makhluk seperti kalian,” pungkas Tommy sembari menyalami Ratna dan Andri yang kini merasa lega luar biasa. Lanjut Ke Part 16 »
Post a Comment for "Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 15]"
Post a Comment