Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 16]

Ratna keluar dari ruangan Tommy dengan wajah semringah. Setelah dua minggu lalu hasil pembuatan proyek setengah miliar diserahkan kepada klien, hari ini honor dari proyek besar itu cair. Itu berarti pundi-pundi rupiah di rekeningnya kian bertambah. Ia sendiri lupa berapa jumlah pastinya kini. Yang jelas, dari hasil tabungannya selama ini ditambah honor yang akan ditransfer siang nanti, jumlahnya sudah berada di sekitar angka 40 juta rupiah. Ratna menghela napas panjang. Ada kelegaan dalam hatinya. Setidaknya, ia sudah bisa memesan kebutuhan lain untuk persiapan pernikahan, juga melunasi perlengkapan lain yang baru dibayar DP-nya, seperti undangan dan gedung resepsi yang akhirnya berhasil didapatkan.

Andri baru saja datang ketika Ratna hendak melangkahkan kaki ke kafe depan kantor.

“Nyet!” Ratna memanggil Andri yang tampak tergesa masuk ke gedung Aksata.

Andri hanya menoleh sebentar dan berteriak kepadanya. “Bentar, gue kasih ini dulu ke Bos Tommy. Pesenin aja kayak biasa,” ujarnya sembari menunjukkan kepingan DVD berisi foto-foto hasil kerjanya yang hanya dibalut plastik bening, lalu beranjak ke dalam. Ratna paham dan melanjutkan langkahnya menuju kafe.

Dua porsi sirloin steak telah terhidang di meja ketika Andri datang dengan wajah tak kalah cerah.

“Tampang lo menggambarkan taburan duit gitu, Nyet!” goda Ratna sembari terkekeh begitu Andri mengambil tempat duduk di depannya.

“Tampang lo malah menggambarkan gaun pengantin gitu, Nyuk! Jadi nikah, lo?”

Spontan Ratna menyumpal mulut Andri dengan dua potong kentang goreng yang oleh Andri malah langsung dilumat habis.

“Cair berapa lo?” tanya Andri setelah menelan kentang goreng di mulutnya.

“Belum ngecek, sih. Palingan sekitar dua limalah, seperti janji Bos Tommy,” jawab Ratna sembari menyeruput blueberry milkshake dalam gelas jumbo di hadapannya.

“Buseeet! Banyak amat?!”

“Kan, hampir lima puluh persennya gue yang pegang. Gimana, sih? Lah lo dapet berapa?” tanya Ratna kemudian.

“Sekitar sepuluh kayaknya,” jawab Andri lagi. Untuk proyek ini dirinya memang hanya berperan sebagai camera person dan editor yang membantu Ratna. Walau begitu, Andri sama sekali tak mempermasalahkannya. Dari awal ia berniat menyerahkan proyek itu kepada Ratna.

“Habis ini anterin gue ke butik, ya, Nyet?” bisik Ratna setelah melahap potongan sirloin terakhir.

“Calon suami lo ke mana?”

“Masih di luar kota. Gue udah nggak sabar, nih, pesen cocktail dress yang gue gambar waktu itu. Ya, Nyet? Please ...,” rengek Ratna kemudian.

“Iyaaa …,” jawab Andri sekenanya. Ratna langsung membombardir bahu sahabatnya itu dengan tonjokan-tonjokan ringan.

“Ah, lo emang sohib super!” ujar Ratna girang sembari mengacak-acak rambut Andri yang kali ini tidak ditutup topi.

**

Ameera Boutiqe adalah rekomendasi dari beberapa sepupu Ratna yang tinggal di Yogyakarta dan sudah menikah. Menurut mereka, butik ini memiliki koleksi gaun pernikahan yang lengkap dan bagus. Yang terpenting, harganya miring. Karena belum pernah terlibat keribetan dalam urusan pernikahan, Ratna menurut saja. Ia mengajak Andri ke butik ini untuk memesan busana pengantin untuknya dan Galih.

Bangunan yang sarat dengan ornamen klasik nan artistik itu terletak jauh dari ingar-bingar Kota Yogyakarta. Berada di wilayah yang masih hijau dan dekat dengan pantai selatan, butik ini ternyata cukup dikenal di kalangan menengah ke atas.

Ratna melangkahkan kaki ke halaman butik ini dengan decak kagum yang sempat dilontarkan berulang-ulang. Mereka disambut dengan gapura dari bata yang disusun tinggi menyerupai gapura Wringin Lawang di Mojokerto. Setelah itu bangunan berbentuk pendopo langsung terlihat di depan bangunan utama dari butik tersebut. Awalnya Ratna dan Andri agak heran karena menurut mereka konsep dari keseluruhan bangunan ini justru menjadi tidak jelas. Segala budaya yang ada di Indonesia diadopsi untuk masing-masing bangunan.

Keheranan mereka baru terjawab setelah Ameera, sang pemilik butik, menjelaskan alasannya.

“Beberapa yang paham budaya Indonesia pasti akan bingung masuk ke sini. Mbak dan Mas ini pasti orang-orang yang paham akan budaya itu,” sambut Amira yang tahu-tahu sudah berdiri di bangunan yang berbentuk pendopo itu.

Ratna mengulurkan tangannya, disusul Andri untuk memperkenalkan diri mereka kepada sang pemilik butik. Hanya butuh waktu singkat bagi mereka berdua untuk langsung merasa nyaman berada di tempat itu lantaran sambutan perempuan paruh baya itu begitu hangat. Dengan telaten Amira menjelaskan bahwa dirinya sengaja mengadopsi berbagai budaya Indonesia untuk butik yang juga menyatu dengan tempat tinggalnya itu. Ia ingin rumah tinggalnya itu seperti Taman Mini.

Sebelumnya, Ratna sudah membuat janji dengan Amira untuk bertemu hari ini. Amira yang sudah cukup mengenal baik kakak-kakak sepupu Ratna langsung menyambut baik maksud Ratna dan meluangkan waktunya yang sibuk untuk menemui gadis itu.

“Jadi, ini calon suaminya? Kalau warna kulitnya seperti ini, pakai baju pengantin warna off white oke juga.” Amira mendelik ke arah Andri yang justru melongo mendengar itu.

“Bukan, bukan! Dia, sih, teman saya, Tante. Cuma nemenin aja, kok. Besok saya ke sini lagi sama calon saya kalau mau ukur busana pengantin cowoknya,” Ratna buru-buru menjelaskan.

“Oh, maaf, ya? Saya kira Mas Andri ini calonnya,” ujar Amira.

Andri cekikikan mendengarnya. “Calon istri saya, sih, Baby Margaretha, Tante …,” ujar Andri asal, yang disambut tawa oleh Amira.

“Siapa itu Baby Margaretha?” tanya Amira iseng.

“Udah, udah, nggak usah ditanggapi, Tante.” Ratna yang keki dengan tingkah Andri langsung mencubit lengannya.

“Sekarang saya mau milih untuk gaun yang akan saya pakai dulu, Tante. Bisa, kan?”

“Bisa dong, Sayang. Kamu mau yang model apa?” Amira memberi beberapa katalog untuk Ratna. Ratna menerimanya, tetapi juga buru-buru mengeluarkan selembar kertas berisi sketsa gaun pengantin dari dalam tas.

“Sebenarnya, saya pengin yang model begini, Tante,” Ratna memberikan sketsa itu kepada Amira. Dengan sigap Amira menerima dan langsung mengamatinya. Tak lama kemudian perempuan ayu itu manggut-manggut dan memanggil salah seorang asistennya. Lelaki kemayu datang di antara mereka.

“Yuhuuu … ada yang bisa Ivanka bantu?” ujarnya dengan membetulkan letak scarf yang melingkar di lehernya. Dua ekor matanya melirik Ratna dan Andri dari balik kacamata hitam yang dinaikkan ke ubun-ubun.

“Hmmm ... cucok,” gumam Ivanka begitu melihat Andri dari ujung kaki hingga kepala. Andri yang mendapat pujian tak diharapkan itu malah bergidik. Ratna di sebelahnya hampir meledakkan tawa yang sedari tadi ditahan.

“Iwan, tolong ambilkan katalog international wedding dress yang pernah kita garap.” Amira segera memberi perintah kepada anak buahnya itu ketika menyadari ketidaknyamanan yang mulai dirasakan Andri.

“Ooouuukheyyy …. Tunggu sebentar, Ivanka akan kembaliii …,” sahut makhluk bernama asli Iwan dengan logat dan gesture yang genit.

“Di sini nggak usah pakai lama, ya, Nyuk?” bisik Andri kepada Ratna sambil melirik Ivanka yang berlalu dari hadapan mereka. 

Post a Comment for "Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 16]"