Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 17]


Tak lama kemudian, Ivanka kembali membawa setumpuk katalog dan langsung menyerahkannya kepada Andri. Andri yang kikuk menerima begitu saja dan langsung diserahkan kepada Ratna.

“Oh ya, itu busana untuk mempelai laki-laki bisa dibawa dulu katalognya. Biar calon suami Mbak Ratna milih-milih dulu kalau memang sibuk waktunya,” ujar Amira saat Ratna mulai asyik melihat-lihat gambar gaun di dalamnya.

“Loh, loh, loh ... jadi yang ini bukan calon suaminya? Aaakkk .…” Ivanka memekik tertahan mendapati kenyataan bahwa bukan Andri calon suami Ratna. Andri makin merasa tak nyaman. Sementara Amira melemparkan pandangan tajam kepada Ivanka dan mengisyaratkan agar lelaki genit itu segera meninggalkan mereka. Andri lega bukan main begitu Ivanka menuruti perintah Amira meski pergi dengan muka tertekuk.

“Tante, mungkin modelnya hampir mirip yang ini, ya?” Ratna menunjuk salah satu gambar wedding dress di katalog yang sedari tadi dibolak-balik. Amira mendekat lalu ikut mengamati gambar yang ditunjuk Ratna. Sebuah wedding dress dengan model yang sangat simpel dan tak banyak ornamen, tetapi terlihat sangat elegan. Gaun itu berwarna putih tulang.

“Iya, modelnya hampir seperti ini. Mungkin kamu bisa request model brokat di bagian lehernya agar berbeda,” ujar Amira memberi saran.

Ratna manggut-manggut. Ia terpesona dengan gaun di gambar itu. Bahkan, ia sudah melupakan sketsa yang dibuat sendiri. Menurutnya, gaun di dalam katalog itu lebih “ia banget”. Namun, bukan Ratna kalau hanya ingin terima begitu saja desain yang sudah ada. Ia tetap ingin yang berbeda untuk pesta sekali seumur hidupnya.

“Hmmm ... boleh duduk, ya, Tante?” Ratna meminta izin kepada Amira. Amira yang menyadari keteledorannya membiarkan tamu berlama-lama berdiri segera mempersilakan.

Di sebuah kursi panjang yang terbuat dari bahan anyaman enceng gondok, Ratna masih asyik mengamati gambar gaun di hadapannya sambil sesekali keningnya berkerut tanda sedang berpikir. Sementara Andri yang tertarik dengan tatanan interior butik milik Amira itu sibuk berkeliling mengambil gambar dengan kameranya, tentu setelah sebelumnya mendapat izin dari sang pemilik.

“Tante, bisa nggak, kalau ornamen di bagian lengan dan kerahnya nggak usah seramai ini?”

Amira mengamati baik-baik gambar yang dipegang Ratna.

“Misal bagian ini lebih pendek, terus yang ini diilangin aja. Nanti di sininya nggak usah dipasang seperti ini, cukup brokat sederhana seperti yang di bagian leher, lalu ada hiasan berbentuk mawar di bagian ini,” lanjut Ratna sebelum Amira sempat berkomentar, sembari menunjuk bagian-bagian yang dimaksud. Amira manggut-manggut tanda mengerti.

Di tengah keasyikan dua wanita itu, Andri datang dengan langkah tergesa. Mukanya tampak tegang dan bersemu merah. Sesekali ia melirik ke arah belakang, tempat ia mengambil gambar-gambar foto barusan. Lelaki itu kembali terkejut ketika tiba-tiba wajah Ivanka muncul dengan lambaian tangan yang genit, lalu menghilang lagi di balik pintu.

“Udah belum, Nyuk?” tanya Andri setelah Ivanka hilang dari pandangannya.

“Belum, lah. Ini juga belum dapet model yang fix,” timpal Ratna tanpa menoleh ke arah Andri. Andri yang masih shock dengan keberadaan Ivanka di sana hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Kepanikan mulai menyerangnya. Apalagi, Ivanka secara sengaja mondar-mandir dan terlihat dari pintu belakang sembari tersenyum-senyum kepada Andri.

Tak lama kemudian Amira beranjak mengambil tablet di meja kerjanya dan kembali dengan beberapa contoh gaun di dalam gadget itu.

“Mau yang seperti ini?” Amira mencoba menawari Ratna model yang mendekati keinginan gadis itu.

“Mmm ... jangan yang begini potongan bawahnya, Tante.”

“Kalau yang begini?” Amira menawarkan model lain.

“Warnanya nggak suka.”

“Nanti pakai warna begini. Kulitmu bersih dan cerah, pakai off white nggak masalah.” Gambar lain lagi sudah ditunjukkan Amira yang masih tampak bersabar. Namun, entah kenapa Ratna belum mendapat kemantapan di hatinya. Baginya, gaun pengantin akan menjadi pusat perhatian di pestanya nanti. Maka, ia tak ingin asal memilih.

Gadis itu diam beberapa saat. Sementara Andri semakin ingin segera meninggalkan Ameera Boutique gara-gara Ivanka yang kembali bertingkah dengan mencuri-curi kesempatan. Lelaki kemayu itu sengaja berkali-kali kembali bergabung dengan alasan konfirmasi orderan gaun. Tatapan Ivanka yang genit kepada Andri semakin membuat Andri ingin segera lari.

“Nyuk! Cepet dikit, dong,” bisiknya kepada Ratna. Ratna yang tak suka diburu-buru malah melayangkan tatapan tajam kepada Andri. Gadis itu abai pada kegelisahan yang sedang menyerang sahabatnya.

Sementara Ratna masih sibuk berbincang mengenai gaun dengan Amira, Andri terus berusaha mengajak Ratna menyudahi urusannya hari itu.

“Lo ikhlas nggak, sih, nemenin gue?” ujar Ratna ketus begitu Amira beranjak meninggalkan mereka sejenak.

“Ikhlas, sih, ikhlas. Tapi ….”

“Ya udah anteng aja dulu! Lo kayak nggak tahu aja gue paling sebel diburu-buru!” gerutu Ratna kemudian.

“Arghhh, lo sih, nggak ngertiin gue, Nyuk!”

“Berisik!”

“Pokoknya kali ini gue mohon. Ayo buruan cabut!”

Belum sempat Ratna menjawab ajakan Andri, Amira kembali muncul. Kali ini dengan sebuah gaun yang sudah selesai dibuat. Gaun yang simpel, tetapi cantik.

“Ini keren, Tante,” seru Ratna melihat gaun itu.


“Sebenarnya, ini bukan gaun pengantin, Sayang. Ini gaun untuk para pengiring,” jawab Amira. Andri kembali manyun lantaran saat ini Ratna malah makin asyik berbincang tentang gaun lagi, dan alamat obrolan itu akan berumur panjang.

“Para pengiringnya aja kayak gini, gimana pengantinnya, Tante?”

“Gaun pengantinnya mengadopsi busana Kate Middleton, tapi lebih heboh di bagian belakangnya. Bagian yang menjuntai di lantai lebih panjang. Permintaan dari pemesannya seperti itu, sih,” ujar Amira sembari tertawa.

Ratna manggut-manggut. Tiba-tiba ia menemukan ide setelah melihat gaun pengiring itu dan langsung disampaikannya kepada Amira. Amira yang sudah bisa membaca keinginan Ratna juga tak perlu waktu lama untuk menyetujuinya.

“Sekitar dua minggu lagi saya ke sini, ya, Tante. Mungkin sama calon suami saya. Biar sekalian dia milih dan ukur badan.” Ratna bersiap pamit dan berdiri.

Andri mengembuskan napas lega ketika Ratna mengajaknya untuk berpamitan kepada Amira. Namun, belum juga kelegaan itu sempurna, Ivanka kembali muncul di antara mereka.

“Pamit dulu, ya, Ivanka. Udah dapat nomor ponsel Andri, belum?” tanya Ratna usil. Andri langsung memelotot ke arahnya. Ratna cekikikan sendiri, sementara Amira menahan tawa dan hanya geleng-geleng kepala. Andri langsung menarik lengan Ratna untuk beranjak segera, meninggalkan Ivanka yang kecewa lantaran diberi harapan palsu oleh Ratna yang tak jadi memberi nomor ponsel Andri kepadanya.

“Gue bersumpah nggak akan pernah ke sana lagi,” teriak Andri begitu motor mereka meninggalkan Ameera Boutique. Ratna yang membonceng di belakangnya tertawa penuh kemenangan lantaran bertahun-tahun berteman dengan Andri baru kali ini ia mendapati kelemahan sahabatnya itu.

“Jangan segitunya, ah. Ati-ati kemakan sumpah sendiri!” ujar Ratna masih dengan ledakan tawa. 

Post a Comment for "Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 17]"