Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 19]


“Nanti gue pakai kostum kasual aja, ya? Gue males ribet, Nyet,” kata Ratna sambil mengamati contoh-contoh foto prewedding di tablet-nya.

“Katanya pengin semua serbaspesial? Masa foto prewed sama keseharian lo nggak ada bedanya? Pakai kebaya kek, gaun kek, atau apalah kostum yang agak beda,” Andri memberi masukan.

“Justru di foto itu gue pengin menampilkan apa adanya gue dan Galih. Males ah, ribet-ribet pakai apa itu kebaya segala. Cukup ribetnya pas hari H aja, deh, ya?” jawab Ratna tegas. Andri hanya mengedikkan bahu menuruti keinginan Ratna.

“Terus lokasi prewed-nya mau di mana?”

“Di deket-deket sini ada hutan pinus di mana, ya, Nyet?”

“Ahhh ... lokasi hutan pinus udah terlalu mainstream buat foto prewed.”

“Terus di mana, dong?”

Andri tak langsung menjawab. Lelaki itu menyandarkan bahunya di kursi sembari menatap ke langit. Sesekali bibirnya bergerak-gerak, tanda ia sedang berusaha keras menemukan ide. Ratna tak jauh beda. Gadis itu juga menyandarkan tubuhnya di tembok sembari menatap dedaunan yang bergerak kencang ditiup angin.

“Pantai Siung!” teriak Andri tiba-tiba, tepat di depan telinga Ratna hingga membuat gadis itu kaget. Ratna spontan menyambar topi Andri dan dilemparkan begitu saja karena kesal.

“Heh? Pantai? Itu basinya kelamaan, Nyet!” tukas Ratna kemudian.

“Ya, kalau lo fotonya berdua dengan posisi berdiri kayak maneken dengan muka palsu disenyum-senyumin, dan sok kelihatan bahagia pakai latar belakang pantai emang mainstream banget. Tapi, ini nggak gitu, Nyuk!”

Ratna enggan menanggapi. Ia lebih memilih tetap sibuk berpikir mendapat ide brilian untuk konsep foto prewedding-nya.

“Kita pakai tema rock climbing!” Ucapan Andri membuat Ratna spontan menegakkan posisi duduknya, lalu menoleh ke arah sahabatnya itu. “Gimana?” tanya Andri menyodorkan sebuah ide yang mampir di kepalanya. Ratna tergelitik mendengar ide tersebut, lantas buru-buru menggeser kursinya mendekat Andri.

“Jadi, nanti lo sama Galih bergelantungan di tali carmentel berdua, di antara barisan karang raksasa. Lo pakai gaun ala-ala putri-putri kerajaan, Galih pakai tuksedo. Nah, pas melayang di atas carmentel pakai kostum itu yang kita ambil gambarnya. Aaakkk ... pasti keren gilaaak!” Andri heboh sendiri. Ratna terbengong-bengong mendengarnya. Ia bisa sedikit menerima ide itu, tetapi bergelantungan pada tali carmentel pakai gaun?

“Ini bakal keren banget, Nyuk!” ujar Andri kembali meyakinkan Ratna. Ratna diam saja sembari berusaha menemukan keseriusan di wajah sahabatnya itu. Setelah yakin bahwa Andri memang sedang tidak bercanda, gadis itu buka suara.

“Gue dan Galih bakal kelihatan tolol, nggak?” tanya Ratna polos.

“Ya nggaklah! Justru ini bakal jadi konsep paling keren sepanjang sejarah gue jadi fotografer prewedding!”

“Ya iyalah! Lo jadi fotografer prewedding juga baru kali ini!” ujar Ratna sebal sembari menjitak kepala Andri. Andri meringis lantaran jitakan Ratna terlalu keras, lantas malah cekikikan sendiri.

“Yang jelas ini bakal jadi foto prewedding yang limited edition, Nyuk! Selama ini nggak ada, kan, foto prewed dengan konsep panjat tebing? Kalaupun ada, ya, biarin aja, gue belum pernah ngelihat.” Andri masih melancarkan usahanya membujuk Ratna agar mau menerima ide yang disodorkannya. Ratna belum juga mengiyakan. Masih ada sedikit kebimbangan dalam hatinya.

“Hmmm … gue masih nggak yakin, sih, Nyet! Masa ala-ala tuksedo gitu. Lebay, ah!”

Andri mengedikkan bahu sembari menghela napas panjang. Ia tahu, tak mudah membujuk Ratna dalam urusan ini. Ratna sangat berhati-hati agar selalu menghindari predikat “norak” atas apa saja yang dilakukannya.

“Eh, tapi gue setuju, tuh, konsep rock climbing. Galih pasti sepakat. Cuma nggak usah pakai tuksedo segalalah …,” cetus Ratna.

“Ya, kalau lo foto dengan pose memanjat tebing dengan pakaian biasa, apa istimewanya? Cuma foto-foto berduaan doang mah banyak yang punya.”

Ratna tak menanggapi. Diam-diam ia mengiyakan pendapat Andri barusan.

“Udah, deh. Lo pikirin aja dulu baik-baik ide gue ini. Jangan khawatir sama hasil. Entar kita bikin yang paling sempurna dan nggak malu-maluin,” Andri kembali meyakinkan Ratna.

“Gue omongin sama Galih dulu, deh.”

“Terus videonya mau gimana?”

Pertanyaan Andri membuat Ratna tersadar bahwa ternyata masih ada hal lain yang harus dipikirkan. Video prewedding sebenarnya tak terlalu menjadi prioritas baginya, tetapi jika memang bisa dibuat, itu akan menambah kesempurnaan hari spesialnya, pikir Ratna.

“Duuuh! Mau dibikin seperti apa, ya? Gue baru kering ide, nih!” ujar Ratna sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

“Film pendek durasi tiga menitan aja,” cetus Andri kemudian.

“Ogah! Gue nggak bisa akting. Galih apalagi. Nggak yakin gue .…”

“Ya udah, macam video klip aja, tapi kontennya rangkaian cerita gitu. Soal ceritanya kayak gimana, itu tugas lo!”

Ratna manggut-manggut. Kali ini ia sepakat dengan ide Andri.

“Oke, nanti gue cari ide buat jalan ceritanya, deh,” ujar Ratna bersemangat. Gadis itu tersenyum-senyum sendiri lantaran beberapa ide sudah mampir di kepalanya.

“Pokoknya jangan mepet-mepet bikinnya. Gue ogah kalau harus dikejar-kejar waktu ngerjain ini!”

“Hmmm ... kalau tiga bulan sebelum hari H, gimana?”

“Ya, itu lebih bagus, Nyuk!”

“Deal!” Ratna menyodorkan tangannya kepada Andri sebagai tanda sepakat. 

Post a Comment for "Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 19]"