Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 23]


“Gila lo, Nyuk! Edan!”

“Gue nggak peduli lo ngomong apa, yang penting semua berjalan sesuai perencanaan!”

“Ambisimu ugal-ugalan!”

“Bukan ambisi, aku cuma mau konsisten. Itu aja, sih.”

“Galih nggak gini banget, deh, kayaknya.”

Belum sempat Ratna menimpali komentar Andri, ponsel di meja kerjanya berbunyi. Ia cukup terkejut melihat nama si pemanggil, lalu buru-buru diangkatnya telepon itu.

“Halo, Om. Tumben telepon Ratna siang-siang begini.”

“Ini ... ini tentang Galih, Ratna.” Suara berat di speaker ponsel Ratna terdengar bergetar. Ratna menangkapnya sebagai sesuatu yang tak mengenakkan. Seketika melintas di pikirannya, Galih yang tadi pagi mengatakan ingin pergi ke Pantai Siung untuk melakukan panjat tebing.

“Galih ….” Suara ayah Galih masih ragu meski pada akhirnya dengan berat ia berhasil mengatakannya. Ratna yang sebelumnya sudah memiliki firasat tak enak mendadak lunglai setelah lelaki paruh baya itu menuntaskan penjelasannya. Ponsel pintar dengan layar berukuran lima inci itu pun hampir terlepas dari genggaman Ratna. Andri yang menangkap keadaan itu langsung meraih ponsel Ratna dan memegang pergelangan tangan sahabatnya itu.

“Gue ... gue gemetaran, Gel. Gue ....” Suara Ratna tercekat di kerongkongan. Napasnya turun-naik. Gadis itu berusaha menguasai keadaan sebelum akhirnya melanjutkan perkataannya. “Anterin gue ke rumah sakit …,” pintanya kemudian dengan suara lemas, menyebutkan salah satu nama rumah sakit besar di Yogyakarta.

Andri hanya menurut meski belum tahu secara jelas apa yang terjadi. Ia terbawa panik melihat keadaan Ratna yang demikian. Di perjalanan ia pun memilih diam lantaran untuk ditanya lebih jauh, keadaan Ratna masih tak memungkinkan.

Di rumah sakit Ratna menemukan ayah Galih duduk di sebuah kursi tunggu tak jauh dari ruang ICU. Lelaki paruh baya itu duduk menunduk dan tampak larut dalam doa.

“Om ....” Suara Ratna yang memanggil ayah Galih masih tanpa tenaga.

Ayah Galih mendongakkan kepalanya dan menyambut Ratna yang datang tergopoh-gopoh bersama Andri. Ratna langsung memeluk erat lelaki yang sudah dianggap seperti ayah sendiri itu.

“Tak apa, Galih selamat. Ia sedang ditangani dokter. Kita berdoa saja,” ujar ayah Galih berusaha menenangkan Ratna yang masih diselimuti kepanikan.

Ratna melepaskan pelukannya. Ia menatap lekat wajah lelaki di hadapannya untuk memastikan tak ada kebohongan di sana. Andri merangkulnya, berusaha memberi pasokan kekuatan untuknya.

Tak lama kemudian, dokter dan asistennya keluar dari ruang ICU. Ratna langsung menghambur ke arah lelaki berjas putih itu. “Gimana, Dok?” tembaknya tanpa basa-basi terlebih dulu. Sang dokter yang memang belum tahu ada keterkaitan apa antara Ratna dengan pasien yang baru saja ditanganinya hanya mengernyit.

“Galih, Dok. Saya kerabatnya,” Ratna segera melontarkan keterangan.

“Oooh … kalau boleh saya bicara dengan orangtuanya, ada?”

Ratna lantas menunjuk ayah Galih yang masih duduk di kursi tunggu. Tak lama setelahnya, mereka berdua masuk ke ruang kerja dokter. Ratna yang masih diliputi kecamuk tak bisa diam. Gadis itu hanya mondar-mandir di luar ruang ICU. Ingin sekali ia masuk dan menemui Galih, tetapi izin belum ada di tangannya.

Ayah Galih datang dengan raut wajah kelam. Perasaan Ratna semakin tak keruan. Andri yang sedari tadi berusaha menenangkannya pun tak bisa berbuat banyak. Kegelisahan benar-benar telah menguasai gadis itu.

“Kamu boleh temui Galih terlebih dulu,” ujar ayah Galih begitu Ratna menemuinya.

Ratna langsung semringah dan menghambur ke ruangan itu.

Bau obat menyeruak di hidung begitu Ratna melangkahkan kaki ke tempat Galih terbaring lemah di atas bed-nya. Ia lega melihat kekasihnya yang tampak baik-baik saja tanpa luka berarti di tubuhnya.

Mata Galih masih terpejam ketika Ratna mendekat ke samping ranjang. Gadis itu duduk di sampingnya, meneliti dengan saksama wajah kekasihnya yang diam dalam tidurnya. Tak ada luka berarti, pikirnya. Kelegaan kembali menjalari seluruh tubuh Ratna.

Galih terbangun ketika tangan halus Ratna menyentuh pelipisnya. Ada sebuah perban di sana akibat luka robek dari goresan tajam batu-batu karang.

Ratna tersenyum begitu mata mereka beradu.

“Apa yang terjadi?” tanya Ratna lembut. Kali ini gadis itu berhasil menanggalkan kebawelannya.

“Kecelakaan kecil,” jawab Galih sembari berusaha bangun untuk menyandarkan punggungnya agar lebih tegak. Namun, usaha itu ternyata tidak mudah dilakukannya. Ia merasakan tubuhnya berat luar biasa. Kakinya tak kuat saat digunakan untuk menjejak kasur agar tubuhnya berhasil didorong mundur. Ratna buru-buru membantunya.

“Harusnya kamu rebahan dulu, Sayang,” ujar Ratna dengan napas tersengal. Ia kewalahan saat merangkul Galih untuk bersandar pada tempat tidur yang telah disetel pada posisi sandaran miring. Galih tak begitu menanggapi. Perhatiannya tertuju pada bagian tubuhnya dari perut ke bawah. Ia merasakan nyeri luar biasa yang sesekali mampir di punggungnya.

“Mungkin posisi jatuhku teramat parah, ya? Sekarang tubuh bagian bawah rasanya berat banget.”

“Mungkin ada memar. Dulu waktu kali pertama belajar motor, aku juga pernah jatuh tertimpa body motor. Kakiku memar dan nggak bisa digerakin hampir dua minggu. Ada yang salah dengan tulangnya. Mungkin sekarang kamu juga seperti itu. Sabar aja, ya, Sayang?” Ratna kembali berkata dengan suara lembut. Galih tersenyum menatapnya.

Sayangnya, Ratna tak memiliki waktu lama untuk bersama kekasihnya. Waktu yang diberikan kepadanya untuk menemui Galih sangat terbatas. Ratna terpaksa keluar dan bergantian dengan ayah Galih.

Di luar Andri sudah menunggunya dengan antusias. Ia bergegas memasukkan kamera yang baru saja digunakannya ke tas, lalu menagih Ratna untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi pada Galih.

“Syukurlah Galih baik-baik aja, Nyet. Dia jatuh saat manjat tebing,” ujar Ratna saat Andri terus saja menodongnya dengan berbagai pertanyaan.

“Syukur, deh. Gue pengin ketemu dia sebenarnya, tapi nggak bisa, ya?”

“Gue aja disuruh udahan sama perawatnya. Padahal, pengin banget nungguin Galih di sini,” gerutu Ratna.

“Kerjaan kita masih banyak, Nyuk. Besok harus kelar,” Andri mengingatkan Ratna. Gadis itu terlihat malas menanggapinya.

“Coba kerjaan gue ada yang gantiin …,” keluh Ratna.

“Udah, sekarang aja dikebut biar cepet kelar dan lo bisa kembali lagi ke sini,” Andri memberi saran.

Ratna berpikir sejenak. Gadis itu memandang Andri sebentar, lalu manggut-manggut.

“Tumben saran lo efektif.”

Andri bersiap menjitak Ratna, tetapi gadis itu buru-buru beranjak meninggalkan rumah sakit. Tak lama kemudian ia menelepon ayah Galih untuk pamit. 

Post a Comment for "Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 23]"