Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 9]
Aksata sepi pagi ini.
Sebagian besar karyawan sedang berada di luar. Bulan-bulan ketika anggaran belanja daerah maupun negara telah turun seperti saat ini, instansi pemerintah adalah customer paling banyak sebagai pengguna jasa video maker. Mereka akan memanfaatkan anggaran keperluan dokumentasi maupun promosi untuk membuat sebuah video company profile baru ataupun sekadar mendokumentasikan kegiatan-kegiatan penting pemerintahan. Dalam perjalanannya, Aksata memang sudah sekaligus menjadi perusahaan yang bergerak di bidang advertising, illustration, dan multimedia.
Seperti hari ini misalnya, karyawan junior banyak kebagian tugas mendokumentasikan kegiatan pemerintah di luar kantor. Sedangkan karyawan senior seperti Ratna dan Andri mendapat tugas menyusun konsep video company profile atau proyek besar lain bidang periklanan. Mereka terlibat dalam semua proses pembuatan, mulai dari penentuan kemasan, isi materi, serta eksekusi di lapangan dan pascaproduksi.
Seharusnya, masing-masing tahap dari proses produksi itu sudah ada yang menangani, tetapi Tommy sering kali meminta Ratna untuk terjun langsung dalam semua tahap. Menurut bos Aksata itu, paket produksi video akan lebih kena sasaran jika dibuat oleh satu tangan, satu otak. Namun, bukan berarti Ratna atau Andri sendiri yang mengerjakan itu semua. Satu tim yang terdiri atas enam hingga tujuh orang sudah dibentuk untuk menanganinya. Hanya saja, otaknya tetap satu. Seringnya, Ratna atau Andri-lah yang kebagian peran sebagai “otak” tersebut. Tommy menawari proyek ini untuk dua karib itu. Masing-masing dari mereka ditugaskan membuat semacam proposal berisi konsep video yang akan ditawarkan kepada klien.
Kali ini klien yang akan dihadapi adalah dari perusahaan minuman suplemen yang produknya sudah dieskpor di seluruh Asia. Untuk bisa menjadi “kepala” dalam proyek ini, Ratna harus bersaing dengan Andri dalam hal pengajuan konsep. Masing-masing dari mereka akan mempresentasikan pikiran dan gagasan untuk pembuatan iklan perusahaan tersebut. Dari situ akan dipilih satu konsep yang sesuai dengan keinginan klien. Pemilik konsep yang terpilih itulah nantinya yang akan dijadikan “kepala” dalam produksi iklan yang akan dijalankan. Ia yang akan mendapat jatah paling tinggi dari bonus yang didapat.
“Nilai proyek ini setengah miliar. Kalau deal, kamu mendapat lima persennya. Bagaimana?” Tommy berkata dengan intonasi yang terdengar dramatis. Lelaki empat puluh tahun yang tampak kesusahan menahan beban lemak di tubuhnya itu berkata serius kepada Ratna, sembari sesekali mencari posisi nyaman untuk duduk di kursi kerja yang tampak kekecilan menahan badannya.
Sudah tiga detik mata Ratna membelalak. Tentu saja, ia tergiur dengan tawaran itu. Ia ingat jumlah tabungan di rekeningnya baru sekitar dua puluh juta. Itu pun hasil menyisihkan bonus sebagai karyawan Aksata selama empat tahun terakhir.
“Siap!” Ratna mengulurkan tangan tanda sepakat kepada Tommy, Tommy menyambutnya.
Di Aksata, sistem gaji dibayar sesuai masa kerja. Lima tahun bekerja, gaji Ratna baru menyentuh angka tiga juta. Namun, selain gaji, para karyawan mendapat bonus dari proyek yang mereka kerjakan setiap bulannya. Biasanya mereka akan mendapat bonus dengan besaran mengikuti nilai proyek. Seperti proyek terbaru yang ditawarkan Tommy ini, misalnya. Sebenarnya, jarang sekali Tommy menawarkan persentase begitu besar kepada karyawannya. Biasanya persentase terbesar dari satu proyek maksimal tiga persen. Itu pun proyek yang nilainya tak lebih dari 50 juta rupiah.
Ratna berlalu dari ruang kerja Tommy. Laki-laki tambun itu melirik sekilas punggung Ratna hingga menghilang di balik pintu. Sebuah senyum sarat makna terlihat dari satu sudut bibirnya. Lanjut Ke Part 10 »
Post a Comment for "Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 9]"
Post a Comment