Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 5]
Galih sudah menunggunya di lobi Aksata sejak sepuluh menit lalu ketika Ratna sedang ngebut menyelesaikan pekerjaannya minggu ini. Akhir pekan yang longgar bagi gadis itu lantaran proyek yang dikerjakan Aksata untuk Sabtu-Minggu kali ini tergolong proyek-proyek sedang, dan itu berarti bukan tugasnya. Rencananya ia akan menghabiskan akhir pekan untuk melakukan mini-adventure bersama Galih.
Ratna begitu girang melihat Galih yang tengah santai membaca koran di sofa anyaman enceng gondok berbentuk letter L di lobi. Kali ini lelaki itu mengenakan celana kargo warna khaki serta atasan T-shirt polos hitam pas badan berkancing dua di bagian dada, dengan kancing paling atas dibiarkan terbuka. Rambut sebahunya diikat tak beraturan ke belakang. Di pergelangan tangannya terikat sebuah slayer hitam serta beberapa gelang kulit cokelat tua. Inilah penampilan yang dulu membuat hati Ratna meleleh pada lelaki itu untuk kali pertama.
“Sssttt! Ngapain berdiri di situ?” Galih memergoki Ratna yang sedari tadi mengamati dirinya dari samping pintu. Pintu itu menghubungkan lobi dengan ruang display Aksata.
Gadis itu buru-buru mendekat. “Kamu keren, deh!” ujarnya seraya memperhatikan lagi penampilan Galih dari atas sampai bawah. Yang diperhatikan hanya geleng-geleng kepala.
“Gimana? Udah siap?” tanya Galih mengalihkan pembicaraan. Ratna mengangguk sembari menepuk-nepuk ransel yang tampak penuh di punggungnya. Ia sudah tak mengenakan seragam kerja. T-shirt hitam bertuliskan “Don’t Die Before Go to Rinjani” pemberian Galih beberapa waktu lalu sudah melekat di tubuhnya.
Tidak, kali ini mereka tidak akan mendaki gunung. Galih akan pergi ke Pantai Siung di Gunung Kidul untuk melakukan panjat tebing. Itu yang dilakukan Galih jika sedang sedikit stres dengan masalah pekerjaan. Pergi ke alam bebas dan melampiaskan kepenatan dengan melakukan olahraga ekstrem.
Sebuah mobil off-road modifikasi berwarna oranye metalik sudah menunggu di lokasi parkir Aksata yang cukup luas saat mereka siap memulai perjalanan. Ratna tengah meletakkan ransel di bagian jok belakang yang sudah dimodif menjadi body terbuka tanpa kerangka atap ketika teriakan seseorang dari dalam kantor mengejutkan mereka.
“He! Mau ke mana, kalian?” Andri berlari menuju mobil sport yang sudah siap meluncur itu.
“Mau tahuuu aja!” timpal Ratna sembari menautkan seat belt-nya. Galih yang berada di belakang kemudi melakukan hal yang sama.
“Ikutan, dong. Mati gaya, nih, Sabtu-Minggu nggak ada kerjaan,” Andri merajuk.
“Nggak, nggak! Nggak ada, nggak ada! Yang ada entar lo gangguin kita pacaran lagi!” jawab Ratna tegas.
“Ayolah, please. Gal, gue ikutan, ya?” tanpa canggung Andri merajuk kepada Galih. Mereka memang telah mengenal lama, jauh sebelum Ratna mengenal Galih.
“Ajakin deh, Na. Kasihan, tuh, kalau malem Mingguannya berakhir mengenaskan,” Galih meminta pendapat Ratna.
Ratna memonyongkan bibirnya kepada Andri yang sudah cengar-cengir mendapat angin dari Galih. “Terserah, deh! Awas aja kalau lo bikin rempong!” ancam Ratna yang disambut girang oleh Andri.
Lelaki itu segera masuk kembali ke kantor Aksata untuk mengambil barang-barang pentingnya, lalu bergabung dengan Ratna dan Galih. Ia menjatuhkan tubuh di jok belakang sembari mengeluarkan Canon EOS 650D dari ranselnya.
Ban jumbo savero komodo berukuran 31 inci membawa mobil sport itu melaju meninggalkan bangunan Aksata yang didominasi material kayu jati. Matahari yang semula menyengat mulai redup ketika perjalanan mereka menembus jalanan terjal Bukit Pathuk.
“Jadi, kapan kalian nikah?” Dari jok belakang, Andri bertanya setengah berteriak kepada Ratna dan Galih. Suaranya beradu dengan mesin mobil dan angin yang menyambar-nyambar tubuh mereka.
“Setahunan lagi, Nyet! Lo harus siap foto sama video, ya?” Suara Ratna tak kalah keras.
“Termasuk dokumentasi buat malam pertama? Siappp!”
“Bangke, lo!” Ratna menarik pet topi komando yang dikenakan Andri ke wajahnya hingga lelaki itu gelagapan lantaran sulit bernapas. Galih hanya tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah keduanya.
“Lha, kamu kapan, Ndri?” tanya Galih iseng.
Tawa Ratna meledak. “Telepon aja ada yang ngegenggam, masa kamu enggak, Nyet?” sindirnya.
Muka Andri mendadak kecut.
Andri memang paling sebal jika disinggung mengenai masalah ke-jomblo-annya. Sudah setahun lebih ia menyandang status itu setelah sebelumnya dengan bangga membawa-bawa lekat predikat playboy dalam dirinya.
Secara fisik, lelaki ini sangat menarik di mata kaum hawa, apalagi di mata cewek-cewek kuliahan. Bisa dibilang, Andri punya tampang dan penampilan yang mewakili ikon keren anak muda zaman sekarang meski usianya hampir menginjak angka 29. Wajahnya kerap disama-samakan dengan Rio Dewanto umur 22-an lantaran kulitnya yang putih, kumis yang samar di bawah hidung runcing, serta matanya yang menyipit di bagian ujung luar kelopaknya. Padahal, menurut Ratna, gesture Andri jauh lebih menarik dibanding aktor itu.
Sayang, kisah percintaan Andri selalu berujung dagelan. Cewek-cewek yang selama ini dipacarinya selalu menuntut keberadaannya hanya saat kondangan atau acara kumpul bersama teman-temannya. Di luar itu, si cewek hanya membutuhkan gombalan dan guyonan-guyonannya yang konyol hingga membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Andri yang tidak romantis kerap dijadikan pelarian untuk sekadar mengusir penat gara-gara tugas kampus. Peran Andri lebih dominan sebagai stand up comedian buat cewek-cewek itu ketimbang sebagai pacar.
“Teori baru menyebutkan, jangan jadi orang lucu karena ujung-ujungnya cuma enak dijadiin temen,” ujar Andri kepada Ratna kala putus dari pacarnya yang terakhir. Setelah itu, ia bertekad mencari pasangan yang jauh lebih dewasa daripada pacar-pacar sebelumnya.
“Mulai sekarang gue mau cari yang serius dan seumuran,” katanya lagi.
Sayangnya, cewek-cewek yang seumuran dan didekati Andri itu kebanyakan justru menganggap Andri seperti anak kecil lantaran sifat dan sikapnya yang kerap dianggap konyol. Di kalangan anak kuliahan ia laku keras, tetapi tidak berlaku bagi mereka para wanita yang sudah hidup dalam dunia kerja. Hal itu yang membuatnya awet sendiri.
Dulu saat awal bergabung dengan Aksata, ia sempat naksir Ratna. Hanya saja, seiring hubungan mereka yang semakin dekat justru membuat perasaan itu lenyap. Menurutnya, memiliki Ratna sebagai sahabat jauh lebih berharga ketimbang pacar—yang saat itu bagi Andri pacaran adalah sekadar perkara memiliki objek yang bisa disayang-sayang.
Segala sesuatu yang terjadi pada Ratna, Andri pasti tahu. Begitu juga sebaliknya. Termasuk saat Ratna dan Galih mulai menjalin hubungan.
***
Awal perkenalan Ratna dengan Galih memang atas peranan Andri. Saat itu tim futsal Andri bertanding dengan tim futsal Galih dalam laga iseng-iseng karena kedua tim itu saling mengenal dari seringnya bertemu di lapangan futsal yang ada di daerah Ring Road Utara Jogja.
Awalnya Ratna ikut untuk menyemangati Andri dalam pertandingan tersebut. Segala yel-yel untuk Andri diteriakkan untuk menyemangati sahabatnya itu. Lanjut Ke Part 6 »
Post a Comment for "Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 5]"
Post a Comment