Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 6]
Awal perkenalan Ratna dengan Galih memang atas peranan Andri. Saat itu tim futsal Andri bertanding dengan tim futsal Galih dalam laga iseng-iseng karena kedua tim itu saling mengenal dari seringnya bertemu di lapangan futsal yang ada di daerah Ring Road Utara Jogja.
Awalnya Ratna ikut untuk menyemangati Andri dalam pertandingan tersebut. Segala yel-yel untuk Andri diteriakkan untuk menyemangati sahabatnya itu.
“Go! Go! Andri! Andri! Andri! Yeaaayyy!”
Teriakan itu tak pernah berhenti terutama saat bola berada di kaki-kaki Andri yang gesit. Tim lawan yang sempat kewalahan dan tertinggal skor akhirnya menurunkan pemain cadangan mereka.
Bola berpindah kaki. Pemain cadangan berambut gondrong yang baru saja diturunkan rupanya tak kalah gesit dari Andri. Bahkan, dengan gaya permainannya yang santai, ia mampu menguasai bola futsal hingga dengan mudah bisa memasukkannya ke gawang hanya dalam hitungan menit sejak ia masuk lapangan.
Ratna melongo. Ia terpana, tetapi sekaligus tak terima Andri yang sebelumnya menjadi bintang lapangan bisa ditekuk begitu saja oleh pemain cadangan itu.
“Andriiii, Monyeeettt, kamu bisaaa!!! Ayo lawaaannn, lawaaan!”
Ratna masih memberi support untuk sahabatnya ketika melihat Andri mulai tampak kewalahan. Pertandingan kian sengit lantaran Andri dan pemain cadangan dari tim lawan itu berebut bola dengan ketat.
“Ayo, Nyet! Giring, Nyet!”
Pada menit-menit terakhir, Andri semakin ngotot. Si pemain cadangan yang meski cool di lapangan, tampaknya juga tak kalah alot. Ia bahkan tak mau memberi kesempatan kepada kaki-kaki Andri untuk menggiring bola.
“Andri! Andri! Andri!” Ratna kembali berteriak penuh semangat.
Si pemain cadangan terus saja menerobos pemain-pemain lawan.
“Andri! Andri!” Volume suara Ratna sedikit turun.
Dengan gesit pemain lawan berkaki panjang itu selalu berhasil merebut bola dari kaki Andri. Andri berupaya merebut, tetapi selalu gagal.
“An... dri!” Ratna mulai lesu.
Hingga akhirnya pada menit-menit terakhir pertandingan, pemain cadangan yang kemudian namanya tak kalah ramai diteriakkan oleh suporternya berhasil menggiring bola membobol gawang tim Andri.
“An-eh .... Yeayyyy ... Gaalih! Gaalih!!!” teriak Ratna sekencang-kencangnya.
Di lapangan giliran Andri melongo.
Hingga permainan berakhir, Ratna masih terbawa euforia. Ia langsung menemui Andri saat karibnya itu keluar lapangan.
“Nih,” ujar Ratna sembari menyodorkan sebotol air mineral kepada Andri.
“Hihhh! Pengkhianat lo!” Jitakan kecil mampir di kepala Ratna. Ratna meringis.
“Kenalin dong, Nyet ... please ... keren banget, tauk?”
Andri memandang Ratna sebentar, lalu kembali meneguk air mineral.
“Kesambet apa lo, Nyuk?” Melihat Ratna mengagumi lawan jenis secara terang-terangan memang baru kali ini didapati Andri. Ratna hanya senyum-senyum tak jelas.
Berawal dari itu, Ratna jadi sering ikut Andri latihan futsal demi untuk bisa bertemu Galih. Gayung bersambut, sosok Ratna pun mampu mencairkan hati Galih yang dingin meski tak mudah bagi Ratna untuk melelehkannya.
Andri tak menyangka hubungan keduanya sampai ke tahap yang lebih serius. Setelah dua tahun pacaran, Ratna dan Galih mantap melanjutkan hubungan ke ranah pernikahan. Andri merasa kalah start dari karibnya itu.
“Jalan kita masih panjaaang ... masih ada waktu tersisaaa ....” Ratna dan Galih kompak menyanyikan lagu favorit mereka, mengikuti suara legato milik Ari Lasso yang diputar di mobil.
Andri melirik mereka sekilas, lalu membuang pandangan ke langit lepas. Ada perasaan senang, tetapi juga sedih mendapati kenyataan bahwa kawan baik akan memiliki kehidupan yang ia sendiri sudah tak bisa terlibat lagi di dalamnya.
Setipis apa pun, pernikahan akan melahirkan sekat antara seseorang yang menikah dengan kehidupan di luar rumah tangganya. Seseorang yang menikah akan memiliki garis teritori yang tegas dalam hidupnya, batin Andri kelu.
Ia tak lagi bisa setiap saat menghabiskan waktu untuk gila-gilaan bersama Ratna. Hunting foto dan video orang pacaran secara diam-diam, atau melarikan diri bersama untuk menonton film terbaru jika sedang suntuk dengan pekerjaan mereka. Ia juga tak akan lagi leluasa meminta Ratna menemaninya main futsal, atau sekadar ke mal meminta pendapat sahabatnya itu mengenai T-shirt atau topi yang bagus untuk menambah koleksinya.
Ratna akan memiliki status baru sebagai seorang istri, dan itu adalah status sakral yang di dalamnya sarat dengan tugas dan tanggung jawab yang harus selalu dirawat dan dihormati.
Akan ada yang hilang, batin Andri terus saja berbicara.
Andri mengulur napas panjang. Kini pandangannya menatap jauh bangunan-bangunan rumah yang tampak kecil di bawah saat mobil meluncur di daerah Bukit Bintang. Ratna dan Galih saling melempar pandang. Mendapati seorang Andri terdiam dan larut dalam lamunan adalah sesuatu yang mahal.
“Minum, Ndri.” Galih mengangsurkan sebotol air mineral hingga membuyarkan lamunannya. Andri menyambut dan langsung meneguknya. Satu kelegaan baginya dari rencana kehidupan Ratna ke depan adalah mendapatkan Galih, yang di matanya sangat baik dan bertanggung jawab.
“Kenapa sih lo, Nyet?” Ratna tak tahan berkomentar atas sikap Andri yang tak biasa.
“Biasa, Nyuk, anak saleh ...,” jawab Andri sekenanya, sembari meneguk lagi air mineralnya.
Satu jitakan kecil dari Ratna mendarat di kepalanya.
Kurang dari satu jam, mobil sudah memasuki wilayah Pantai Siung. Karang-karang raksasa sudah menyambut mereka. Galih mengarahkan setirannya ke Blok A, satu dari 250 jalur panjat tebing yang ada di sana.
“Bro, kapan-kapan ajarin gue manjat, dong!” Andri berteriak takjub setelah melihat deretan karang-karang raksasa menjulang dengan ketinggian sekitar lima belas meter dan siap dijamah tangan-tangan pemanjat tebing.
“Siappp!” Galih berjalan paling depan saat mereka harus melewati jalur tanah dan batu terjal menuju lokasi pemanjatan. Ransel di punggungnya sudah memuat peralatan lengkap untuk melakukan olahraga itu.
Ratna yang berjalan di belakangnya tampak girang dengan perjalanannya kali ini. Ia bisa sesekali melihat pantai lepas di belakang susunan karang. Udara yang menyambar, aroma laut, dan pohon-pohon hijau yang meliuk disambar angin membuatnya makin jatuh cinta pada belantara dan orang yang membawanya lebih dekat kepada semesta yang dipijaknya. Tangan Galih tak pernah lepas menggandeng gadis itu, demi melindunginya dari kemungkinan terpeleset di jalur yang cukup sulit dilalui.
Galih bergegas mengeluarkan peralatannya ketika mereka telah sampai di lokasi tebing Blok A. Dengan cekatan lelaki itu memasang tali carmentel, harness, karabiner, helm, dan alat lain ke posisinya masing-masing. Tali lentur yang sudah dilempar ke atas dan mengait di karang siap menjaganya dari peluang buruk pemanjatan.
Tak lama kemudian dengan sigap tangan-tangan kekar Galih mencengkeram karang. Kaki-kakinya dengan lincah memilih pijakan tepat untuk membawa tubuhnya semakin ke atas. Ratna dan Andri yang menunggu di bawah tak sedetik pun melepaskan pandangannya kepada lelaki itu. Ada raut kekaguman di wajah mereka.
“Ternyata, dalam hidup ada mainan sekeren ini, ya? Ke mana aja gue selama ini, Nyuk?”
“Lo travelling ke hati cewek-cewek mulu, sih, Nyet!”
“Semprul!” Andri memencet hidung Ratna sebentar, lalu bergegas memainkan lensa kameranya untuk membidik aktivitas Galih.
Tak sampai lima belas menit, Galih sudah berhasil sampai di puncak tebing. Ratna dan Andri mempersembahkan tepukan riuh untuknya. Tak lama setelahnya, Galih kembali turun. Ia membiarkan tubuhnya menggantung dan melayang-layang pada tali carmentel yang lentur. Sesekali lelaki itu menjejakkan kakinya di badan karang agar tali itu terulur dan membawa badannya turun. Tangan kanannya meraih tangan kiri Ratna yang sudah menyambut di bawah begitu tubuhnya hampir sampai di tanah. Lensa kamera Andri dengan lincah menangkap adegan itu. Andri terdiam beberapa saat. Sesuatu kembali menyesak dalam batinnya.
“Whoaaa ... ajarin gue juga, Kakaaak!” teriak Andri sekencang-kencangnya, berusaha mengaburkan redup yang sempat singgah tiba-tiba di balik dadanya. Lanjut Ke Part 7 »
Post a Comment for "Novel Romantis: Menikahlah Denganku [Part 6]"
Post a Comment